Nenek saya meninggal pagi ini. Dia di UGD selama 24 jam setelah seseorang datang ke rumahnya sambil batuk keras.
Saya menimbang bagaimana bisa datang setidaknya ke pemakamannya. Tentu tidak bisa. Nenek dikubur dengan protokol ketat untuk pasien Covid-19.
Saya marah hingga ingin teriak membayangkan nenek batuk tidak bisa tidur, badannya lemas, dia bilang terasa dingin dan kemudian pingsan.
Saya nggak tega membayangkan detik terakhir sebelum meninggal, dia di ruang isolasi, berjuang.
Awalnya saya putuskan buat pulang ke rumah almarhum secepatnya mengejar pemakaman. Ternyata pemakaman dilakukan tiga jam setelah dia bernapas untuk terakhir kalinya.
Akhirnya saya disarankan ibu untuk pesan tiket kereta Jumat ini. Kantor tempat saya bekerja memberikan waktu untuk berduka, tapi daripada saya berduam menunggu keberangkatan, saya putuskan untuk kerja.
Ketika bekerja, ada kata-kata di kepala: Saatnya untuk fokus dan lupakan rasa duka ini. Iya lupa dalam beberapa jam. Dan ketika sudah kembali ke apartemen, rasanya ingin teriak, menangis sekencang-kencangnya.
Am not strong enough.
Comments
Post a Comment