Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2018

Mengenang Palu, meresapi tiap meter kehancuran

Hancur semua! Hancur! Pertama kali tiba di bandara Mutuara Sis Al Jufri, air mata ini tak dapat dibendung. Kehancuran separuh bagian bandara nyata di depan mata. Saya cubit beberapa kali tangan ini untuk memastikan bahwa apa yang saya lihat bukan mimpi. Bang Eddy, sahabat saya yang menjemput. Dia telah menemani semua rangkaian liputan sejak 2016 lalu, saat isu teroris, kelompok Santoso menyeruak. Saya peluk dia, sambil menangis, seakan-akan musibah itu juga menimpa saya. "Kau belum lihat jembatan kuning sekarang?" Kata Bang Eddy. Kami akhirnya coba untuk melihat seisi kota pasca gempa. Kaki saya gemetar, bahkan ketika melihat pesisir pantai, tempat biasanya kami menghabiskan sore usai liputan. Mobil bisa-bisanya sampai ke atap rumah, bangunan di pesisir yang masih berdiri, turun sekitar 1 meter. Palu Grand Mall tempat kami menghibur diri usai liputan panjang di Poso, sebagian hancur. Padahal tahun lalu, saat tiba untuk meliput Tour de Central Cele

Kopi terakhir saat gempa Palu dan Lombok, masa tergalau dalam hidup

Karena sibuk dan sedang masa transisi pekerjaan, saya baru bisa menulis lagi. Maafkan. Cerita ini dimulai dari penugasan mendadak saat pergi meliput gempa Lombok. Saya langsung ke Landasan Udara Halim Perdana Kusuma, menumpang Hercules. Kami berangkat sore, saya tidak bawa perbekalan kecuali sebotol kopi panas. Suara mesin Hercules yang sangat bising dan para tentara yang duduk kesempitan di atas barang-barang untuk kebutuhan pengungsi termasuk tenda, buat saya stres. Saya tak bisa tidur, 4 jam paling menyiksa, kaki saya berada di antara rangka tenda pleton, tumpukan pelampung jadi tempat duduk, musik di ponsel sama sekali tak bisa membantu. Saya buka botol itu, seteguk kopi panas, menenangkan. Sampai di Bandara Praya, kami tak lantas ke daerah terdampak gempa. Tiga pleton prajurit duduk berbaris, menanti makan malam, sambil menunggu truk tronton yang akan membawa kami sampai ke Sembalun. Tengah malam, kami tiba di tenda pengungsian Kecamatan Sambelia, sepanjang perja