Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2019

Katowice, kegagalan menghadapi pemanasan global

Kalau semua orang di dunia ini berhenti menggunakan listrik lalu pergi ke mana-mana jalan kaki, mungkin pemanasan global tidak akan terjadi, setidaknya untuk dua atau tiga generasi lagi. Mungkin. Nyatanya, 7,53 miliar manusia tidak mungkin tidak membutuhkan ‘energi’ setiap detiknya. Bahkan dalam keadaan tidur. Misal, saya menggunakan laptop untuk menulis blog ini, termasuk lampu dan kipas angin di kamar dalam keadaan hidup beberapa jam, saya mengeluarkan energi yang dihasilkan dari…ehm, batu bara di PLTU.  Berapa besarannya? 1 ton batu bara bisa menghasilkan 2.460 kWh. Bukan banyaknya batubara yag dibutuhkan, namun berapa banyak polusi yang dihasilkan hingga menimbulkan efek rumah kaca dan berdampak pada suhu permukaan bumi? Kira-kira jika lampu LED 9 watt saya hidupkan selama delapan jam setiap harinya saya ikut menghasilkan CO2 sebanyak 22,23 kg. kalau dikalikan 7,53 miliar, angkanya besar sekali, hutan di Kalimantan pun tidak bisa menyerap CO2 sebanyak itu.

Mencari Kafka di Praha

Kastil terbesar di Eropa, bangunan-bangunan klasik di kota tua Praha, saya bingung dibuatnya, karena semua layak difoto, bahkan gang sempit yang jarang terjamah orang. Semua itu distraksi, karena misi kali ini adalah mencari Kafka. Franz Kafka pernah berkata dalam secarik kertas yang ia kirim kepada Oskar Lotak pada 27 Januari 1904, "Suatu tulisan harus bisa menikam dan melukai pembacanya. Katanya, kalau tulisan itu tidak membangunkan kita dengan hantaman keras di kepala, untuk apa kita membacanya?" Suasana yang dihadirkan oleh Kafka sangat gelap, sepi, dan terlebih sehina-hinanya peran manusia di dunia. "Ketika Gregor Semsa terbangun karena mimpinya terlalu abstrak pada pagi hari, ia menyadari dirinya berubah menjadi...serangga raksasa (orang mengartikannya sebagai kecoa, bahkan kepik)," kalimat pembuka Verwandlung, atau Metamorfosis, tulisan Kafka yang buat saya tersentak. Metamorfosis kala itu mengubah dunia sastra, tutur tulisan yang Kafka b

Beijing yang tak terduga, dari Google hingga membuang dahak sembarangan

Kota dengan kabut polusi seperti yang digambarkan media. Sumber malapetaka dunia dengan sampah dan populasinya, negara dengan intranet terbesar di dunia, namun saat menginjakkan kaki di Beijing, semua pandangan itu berubah, kita bisa temukan semuanya di Beijing. Dini hari, saya tiba di Bandara, bertemu Andreas Trijaya, travel mate saya saat di Beijing, dia punya waktu 3 hari di kota itu sebelum kembali ke Jakarta. 3 hari sebelumnya dia telah menjelajah Harbin, kota yang berbatasan dengan Rusia. Tidak henti-hentinya dia berbicara tentang betapa murahnya makanan di Harbin, atau saat sungai membeku dan dia turun ke sana. Sambangi juga: Petualangan ala Walter Mitty di Indonesia Kenapa harus ke Auschwitz? Kami bertemu di Starbucks, lalu memutuskan untuk keluar bandara mencari tempat merokok. Orang-orang kebanyakan merokok seenaknya bahkan selangkah setelah pintu keluar bandara, padahal tempat merokok ada di seberangnya. Tak lama, kami memutuskan untuk ke stasiun ke