Skip to main content

Posts

Showing posts from 2019

Detoks Sosmed di Luang Prabang

Foto: Zeeta #bijimotret Jangan salahkan hujan jika dirimu basah. Itu hanya tetesan air yang jatuh dari langit. Maka, nikmatilah. Luang prabang memberikan banyak pelajaran untuk saya sebagai generasi milenial, di sana muncul satu pertanyaan: Apakah kini hidup saya dikendalikan media sosial? Medium kita untuk berteman dan tak jarang mencitrakan diri. Hidupmu bukan sekadar album foto di instagram. Kalau dipikir, sekarang kita sibuk melabeli diri kita sebagai apa, sementara di ujung sana ada yang sibuk melabeli orang lain. Kucingnya tak mau lepas, lalu Zeeta dan Lucyanne memotret saya, kami dipotret Andreas. Potret-ception Biarlah identitasmu itu hadir karena banyak hal yang telah kamu lakukan. Take your life back! Jadikan internet sebagai fasilitas tambahan untuk mendukung kegiatanmu sehari-hari. Dipotret Zeeta, jendela dengan mosaik ini ada di kuil Wat Xien Tong. Ok, baik. Sebelum ke Luang Prabang, yang saya lakukan adalah mencari #LuangPrabang di instagram,

Katowice, kegagalan menghadapi pemanasan global

Kalau semua orang di dunia ini berhenti menggunakan listrik lalu pergi ke mana-mana jalan kaki, mungkin pemanasan global tidak akan terjadi, setidaknya untuk dua atau tiga generasi lagi. Mungkin. Nyatanya, 7,53 miliar manusia tidak mungkin tidak membutuhkan ‘energi’ setiap detiknya. Bahkan dalam keadaan tidur. Misal, saya menggunakan laptop untuk menulis blog ini, termasuk lampu dan kipas angin di kamar dalam keadaan hidup beberapa jam, saya mengeluarkan energi yang dihasilkan dari…ehm, batu bara di PLTU.  Berapa besarannya? 1 ton batu bara bisa menghasilkan 2.460 kWh. Bukan banyaknya batubara yag dibutuhkan, namun berapa banyak polusi yang dihasilkan hingga menimbulkan efek rumah kaca dan berdampak pada suhu permukaan bumi? Kira-kira jika lampu LED 9 watt saya hidupkan selama delapan jam setiap harinya saya ikut menghasilkan CO2 sebanyak 22,23 kg. kalau dikalikan 7,53 miliar, angkanya besar sekali, hutan di Kalimantan pun tidak bisa menyerap CO2 sebanyak itu.

Mencari Kafka di Praha

Kastil terbesar di Eropa, bangunan-bangunan klasik di kota tua Praha, saya bingung dibuatnya, karena semua layak difoto, bahkan gang sempit yang jarang terjamah orang. Semua itu distraksi, karena misi kali ini adalah mencari Kafka. Franz Kafka pernah berkata dalam secarik kertas yang ia kirim kepada Oskar Lotak pada 27 Januari 1904, "Suatu tulisan harus bisa menikam dan melukai pembacanya. Katanya, kalau tulisan itu tidak membangunkan kita dengan hantaman keras di kepala, untuk apa kita membacanya?" Suasana yang dihadirkan oleh Kafka sangat gelap, sepi, dan terlebih sehina-hinanya peran manusia di dunia. "Ketika Gregor Semsa terbangun karena mimpinya terlalu abstrak pada pagi hari, ia menyadari dirinya berubah menjadi...serangga raksasa (orang mengartikannya sebagai kecoa, bahkan kepik)," kalimat pembuka Verwandlung, atau Metamorfosis, tulisan Kafka yang buat saya tersentak. Metamorfosis kala itu mengubah dunia sastra, tutur tulisan yang Kafka b